Constantio and The Little Brother Deva....

Si Tio tambah terlihat manis dengan adanya boneka Barbie tepat di atasnya, agak keliatan menghilangkan kesan garang untuk sosok Tio yang bandel. Si Komputer biru kesayanganku itu, udah tiga tahun jadi sahabat setiaku, dia bisa lebih mengerti aku ketimbang sahabat yang hidup sekalipun.

Dikantor sendiri, aku sudah mulai menghargai Deva (begitu inisial untuk computer di kantorku) sebagai salah satu sahabatku lagi, semenjak ia mendapatkan tambahan memori dari Tio bulan Februari yang lalu. Nama Deva sendiri aku ambil dari sebuah nama yang pernah mampir dalam mimpiku.

Hidupku tiga perempat persen adalah di depan komputer, entah kenapa aku suka sekali, terkadang aku tidak harus mengerjakan pekerjaan kantor atau side job-ku untuk duduk berlama-lama di depan mereka, aku terbiasa dengan explore ilmuku dengan membuat sesuatu yang kadang nantinya tidak akan kupakai. Aku ingat pesan seorang kakakku bahwa “Semakin kita terbiasa kita akan bisa bahkan lebih mencintainya walaupun pekrjaan itu awalnya kita benci”. Begitupun yang aku alami sekarang, beberapa program yang kuasai dulunya tak kusukai, entah itu awalnya kupikir berkesan “ribet” ataupun “susah”, malah menjadi makanan sehari-hariku.

Banyak orang berfikir, aku adalah Tio, atau lebih lengkapnya Constantio, memang aku lebih menyukainya jika ada orang yang memanggilku dengan nama itu, sebenarnya Constantio adalah nama komputer di rumahku, diambil dari sebuah nama iseng ketika aku mencoba mengarang nama aliasku sewaktu di bangku kuliah, ternyata nama itu melekat hingga sekarang, terkesan seperti nama Italy dan berbau nasrani, aku tidak peduli walaupun beberapa teman ataupun keluargaku sendiri melarang aku menggunakan nama itu, tapi akhirnya mereka pun mengerti karena, itu hanyalah sekedar nama, symbol identitas diri.

Kamis minggu yang lalu, Tio ngambek dengan acara restart hingga lima kali berturut-turut setiap aku masuk ke windows, padahal ada data penting yang ingin ku kopi saat itu, sambil geram aku pun berkata…

“Tio, kalo lo masih gini juga, gue buka datanya sama Deva aja.” Agak gila seh keliatannya, Mama pun Cuma melongo dan geleng-geleng kepala dan beliau lebih heran lagi ketika Tio tiba-tiba lancar bekerja hingga jam 4 subuh. Memang komputerku satu itu sangat aneh, kalo dikerasin dikit pasti mati, kalo dibujuk nantinya kinerja dia semakin cepat. Bahkan aku sempat berfikir bahwa dia seakan-akan memiliki hati layaknya manusia. Yang paling aneh adalah jika kakak dan iparku mulai bermain dengan Tio pasti hanya membiarkan mereka bermain dengannya hanya untuk berapa jam saja, karena Tio tiba-tiba mulai sedikit lambat, padahal mereka hanya membuka aplikasi game saja, tapi kalo aku yang ambil alih, dia begitu santainya menemaniku berjam-jam. Tio memang istimewa, dia garang, cepat, bandel, tahan panas, dan mengerti tugasnya dengan baik.

Untuk Tio dan Deva…. Thanks untuk kesediaan kalian menemani hari-hariku.