When Something changes in my heart
“Jangan buat aku lega ketika aku suka dengan sesaknya.” Ini merupakan satu baris kalimat yang terbersit ketika aku menyusuri jalan menuju rumah. Apa makna kalimat itu sebenarnya ditujukan untuk kisahku yang kini kucoba untuk menutupnya rapat-rapat, membiarkan sisa halaman kosong disana, karena sepanjang jalan itu aku menyiapkan sebuah buku baru untuk sejarah hidupku. Aku tak akan mengatakan barisan kalimat itu lagi, karena aku ingin lega, membiarkan rongga hati ini membuka dengan segenap kehausannya pada angin baru, membiarkan wajah baru yang mungkin menempati salah satu ruang didalamnya, memberikan satu frame manis untuk foto dirinya. Entah itu disejajarkan dengan yang lainnya atau mungkin menempati sebuah dinding istimewa disana dengan ribuan kasih untuk insan-insan Allah, yang bukan lagi sebagai pengembara, tapi sebagai nahkoda yang telah menambatkan pelabuhannya.
“Jangan buat aku lupa, karena aku ingin mengingatnya.” Kata itu tak akan lagi menjadi aturan otakku untuk mereply-nya. Aku akan menekan tombol stop dan mendeletenya. Karena aku tak ingin lagi mengejar bayang-bayang, karena aku tak ingin merindu semu. Aku ingin sebuah dekapan nyata, kasih dalam dunia fana yang di ridhoi Allah.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home