Sahabat Sejatiku...... terima Kasih
Aku senang sekali memiliki sahabat karib seperti Yudi, walaupun kadang kita suka adu argumen dan ujung-ujungnya marahan tapi beberapa menit kemudian kita ketawa lepas. Dia sosok teman baik bagiku, kalau melihat dari sejarahnya mengapa kami bisa menjadi sahabat itu karena aku berpacaran dengan sahabatnya yang juga dulunya teman sekelasku waktu kami sama-sama di UMT. Kami sebenarnya sama-sama satu kelas, kami mulai sering bicara sebenarnya ketika aku masih belum berpacaran dengan BHS dan kemudian akhirnya yudi dan kedua sahabatnya pindah malam ketika sudah memasuki semester lima.
Ketika aku putus dengan AK sahabatnya itu, orang pertama yang memarahiku adalah Yudi, dia menyalahkan aku ketika tahu kami sudah putus. Akupun cuma bisa kasih argumen yang bikin dia malah tambah marah.
"Yang minta putus kan dia, so salahin dia dong."
"Dasar gak berperasaan...."
"Ih siapa juga.... dia aja yang sensitif banget, kaya gak tau gue aja, percuma kenal hampir empat tahun gak bisa baca karakter gue."
"Lo tuh becanda keliatan serius, serius keliatan becanda, ngerti gak. Suka-suka lo deh."
"Ya udah, marah-marah mulu."
"Gimana gak marah, gue tau banget dia tuh berubah abis ketika pacaran sama lo, frekuensi dia untuk sama-sama kita udah jarang dan dia itu mengganggap lo tuh kaya puteri tercintanya tau gak seh....!!!! tapinya lo malah ngerjain dia. Gak bisa apa lo kewanitaan dikit, punya otak rada bener dikit. Waras dikitlah Nof"
"Hehehehhehehehe..."
"ye dia ketawa.... mikir dong Nof, sampai kapan lo bisa untuk menghargai sebuah rasa cinta."
"Wah belum tahu deh, yang pasti suatu saat ada orang yang bisa buat gue berubah. Ya gak ?"
"Iya kali !!" Sahutnya sewot.
Sifat manja, egoistis, pembangkang, cengeng dan gak suka perubahan melekat di diriku untuk masalah percintaan, dan Yudi-pun akhirnya bisa memahami itu semua setelah sekian lama kita saling bicara lewat curhat-curhat kita di telpon. Seiring dengan waktu perasaannya berubah kepadaku, memiliki taraf yang lebih tinggi dan aku tetap menempatkannya dalam kotak besi PERSAHABATAN dan tidak akan bisa aku keluarkan untuk posisi yang lebih dari itu, dan aku suka mengingatkannya karena kami pada saat itu telah masing-masing memiliki pasangan.
Tapi hari minggu kemarin ia menjadikan dirinya seorang sahabat sejati yang paling aku syukuri karena dia menempatkan dirinya sebagai pendengar setia untuk semua keluhanku, semua kecemasanku. Biasanya kami saling maki, suka saling mencaci, bentak-bentak ditelp jika salah satu dari kami salah dan mengeluarkan statement kata akhir "KASIAN DEH LO !!!"
Kalimat itu kemarin sama sekali tak meluncur dari bibirnya, dengan sabar dia mendengarkan cerita gue tanpa bosan, padahal aku menelponnya ketika pagi, siang dan malam hari dan itupun setiap kali telp pasti durasi satu jam lebih. Dia beri aku support yang paling bisa membuat gue merasa bukan berada dipadang gersang sendirian, dia berikan nasehat seakan memberi sebuah senter untuk jalan remang-remang yang kini ada dihadapanku.
"Lo berhak untuk bahagia, berhak menentukan jalan lo sendiri, berhak untuk mencintai dan dicintai. Lo pantas memilih apa yang baik untuk lo.... tanpa harus menjadi sebuah patung yang mengikuti aturan main orang lain. Yang menentukan jalan hidup kita adalah kita sendiri. Begitu juga dengan cinta, dengan pemahaman dan saling mengerti itu kunci kelanggengan. Lo sahabat gue dan gue pengen lo punya sisi bahagia yang bisa lo bagi ke gue."
"Thanks Yud...."
Thanks untuk jadi sahabatku Yud.... kamu adalah sahabat yang paling bisa mencipta sebuah harapan disaat semua harapan itu seakan semu. Semoga jalan hidupmu selalu beraura dengan rasa cinta yang selalu kau bagikan untuk orang-orang disekitarmu.
Dan semoga hari ini interview dan testnya lancar ya.... jadi kamu bisa memiliki pekerjaan tetap, dan memutuskan untuk mengakhiri perjalanan cintamu ke jenjang paling suci yaitu pernikahan yang selalu kau impikan bersama kekasihmu. (semoga ce lo gak cemburuan lagi sama gue... hihihihihihi)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home