Menulis itu bagai sebuah rangkaian hati....
Ada kalanya sebuah tulisan menjadi sebuah lantunan maya kata hati, ingin terus menulis dengan sebuah kehikmatan yang aku buat. Menciptakan karya demi karya membuatku lebih merasa utuh. Kedewasaan terkadang dapat dilihat dari goretan-goretan semu, dan aku mencinta setiap goretan itu, ada helaan dari setiap keinginan terpendamku.
Ada sebuah perkataan yang buat aku mengerti makna hidup, ketika sosok bunda yang kucinta, memberikan wejangan manis untuk semua langkah yang kuambil, kebijaksanaannya membuat keputusan untuk setiap geraknya membuat aku sadar, bahwa aku belum apa-apa, aku masih anak ingusan yang masih perlu sebuah penopang, setengah dari dienku selalu dipertanyaan oleh Mama, kapan aku bisa mengakhiri kelajanganku... Sebuah tanya yang hanya Allah bisa jawab, dan keinginanku untuk meninggalkan semuanya, menanggalkan semua yang aku raih sekarang untuk sebuah cita yang belum tentu terlaksana, yaitu menjadi seorang penulis. Aku ingin bekerja di balik layar komputer, mengalirkan energi otak dengan jemari yang menari menterjemahkan setiap kalimat yang bernyanyi disana.
Sebuah tanya yang mungkin menjadi sesuatu yang menghantui Mama, dan beberapa sahabat mengapa ingin menjadi penulis, sebuah profesi tak tentu, seperti halnya kata Mama dulu ketika aku ingin menjadi seorang pelukis, "Mau makan apa kamu dengan mengandalkan lukisan, kamu bukan seorang pelukis yang menoreh sejarah." sebuah ungkapan yang betul kala itu, karena itu hanya mimpi yang tak bisa jadi nyata, tapi apakah semua mimpiku harus kandas dengan sebuah teror seni yang tak ada harapan. Aku yakin Allah akan membimbingku, dengan bulatnya aku kini mencoba semakin menggali semua yang ada didiriku, menjadikan aku sosok yang semakin baik, baik dan lebih baik.
Kadang aku sedih ketika melihat Mama ketika aku di Lampung beberapa hari yang lalu, ketika aku menggendong sepupuku yang berusia satu bulan, ketika dia tertidur di pelukkanku saat ia terus menangis dan gelisah ketika semua orang begitu antusias untuk menggendongnya. Saudara-saudaraku kaget ketika ia mau terdiam dipelukku dan kemudian tertidur, ada celetukan dari pamanku dengan sindiran yang halus, "Sudah pantas rupanya, gadis Mamak ni..." Mamak adalah sebutan untuk paman kecil, aku hanya tersenyum dan Mama menatapku, lalu berujar "Ingin punya cucu dari kamu De, tapi kapan kamu bisa mewujudkannya." Aku terdiam lalu menatap sepupuku yang dengan damai tertidur.
"Biar Allah yang menjawab...." Benar biarlah dia yang menjawab semua keinginan, harapan dan doa yang kupanjatkan, karena kutahu Ia tak pernah jauh dariku, dari setiap sendi kehidupanku dan selalu memberikan jawaban dari setiap pertanyaanku walau itu membutuhkan waktu dan seakan aku pun enggan untuk menunggu. Dan Cinta ku harap kamulah rumah penantianku selama ini. Cinta akan kupelihara semua kasihku untukmu, tak ingin membuatmu kecewa, tak ingin membuat sebuah kesalahan lagi, karena seperti yang aku ungkap untukmu U are my priceless.......
Untuk Mama.... kesabaran itu berbuah manis, dan biarlah aku bersabar untuk sebuah sari yang lebih manis, semakin manis untuk jalanku yang semakin sulit, ada sebuah akhir yang ingin kunantikan kala setengah dari dienku terlaksana..... memiliki seseorang yang bisa aku bagi.... aku beri sebuah kesempurnaan makna hidup....
0 Comments:
Post a Comment
<< Home