Ada getir bahagia disana untuk rasa yang tak bisa diduga
Aku ke kampus pagi tadi, bergulat dengan mata kuliah yang padat, dan tiba-tiba ada berita UTS mata kuliah Teori Tes hari ini... Oh No... gini neh kalau gak masuk beberapa kali, dan waktu mata kuliah Aplikasi Komputer, hampir seluruh teman-teman menitiipkan tugasnya kepadaku, Oh No... lagi... yah setelah mata kuliah Aplikasi komputer berakhir, akupun sibuk sebagaimana layaknya mahasiswa, mencoba menduplikasi semua catatan dan fotokopi yang dimiliki teman-teman dan belajar kilat.
Sebenarnya paginya itu aku sudah telat satu jam, dan aak-anak heboh dengan penampilanku seperti security, ya kaya anak kuliahan S1 aja, aku memang menggunakan almamater jurusan yang notabeni bentuknya sama dengan seragam MENWA hanya bentuknya lebih ke jaket dan berwarna hitam. Lantas saja teman-teman mengomentariku ketika masuk kelas. Balik lagi ketika aku fotokopi catatan, setelah itu aku berjalan menyusuri lantai dua yang mana sahabatku belajar disana, dan tiba-tiba seperti sudah diaur, dia muncul dan tersenyum, terhenyak sebentar dan kemudian dia menyodorkan tangannya dan berkata "Maafin gue ya. Nof?" aku tersenyum dan hanya bilang "Minal Aidin Wal Faidzin" ya padahal bulan syawal udah berakhir tapi setidaknya masih bersyukur kami dapat saling memafkan setelah sekian lama kami tidak berkomunikasi, dan karena kekikukkanku dan tatapanku yang melihat dia sekarang penampilannya mulai berubah, dengan memelihara jenggot, diapun mengelus kepalaku, dan berlalu sambil memberi tonjokan lembut di bahuku dan bergumam, "Nofri... Nofri.." dan akupun langsung menuju lantai tiga dan kembali sibuk dengan pertanyaan-pertanyaanku seputar seperti apa bentuk UTS nanti.
Dan setelah matakuliah berikutnya selesai aku kembali diajak fotokopi, dan ternyata ketika sampai dilantai dua, sahabatku sudah tidak ada lagi, akhirnya aku fotokopi sebagaimana layaknya dan kemudian setelah kembali, aku melihat sahabatku itu melambaikan tangannya kearahku, aku senyum dan menuju kearahnya.
"Tar ajarin gue SPSS ya, ada tugas neh!" seruku sambil melihatnya memperhatikannya lebih detail.
"Udah gak bisa lagi, gue lagi nyusun neh," dan aku meliat selebaran perijinan tesis. Oh No... udah mau tesis aja dia, ya paling-paling aku semester depan akan menyusul dia, dan aku cuma bisa bilang,
"Wih keren, udah mau nyusun aja, tapi gue butuh belajar neh."
"Nof, nanti malah gak belajar kitanya, atau malah lo udah traumaholic sama rumah gue, semenjak kejadian itu," Dia hampir terbahak dan akupun terfokus dengan selebaran yang dia tunjukkan, diotakku berfikir keras, sebenarnya kejadian itu membawa momnt tersendiri dimana pengungkapan rasa yang beda... jujur dan mungkin membuat aku takut sendir pada saat itu akan kehilangan sosok sahabat, tapi seiring dengan waktu, ternyata apa yang aku sangka tidak demikian, dia tetap jadi sahabatku, walaupun tatapannya lebih lembut dari sebelumnya dan membuatku hanya bisa lebih banyak menunduk.
"Ya belajarlah, nanti gue bawa laptop gue, dan program itu udah terinstal disana, gue butuh untuk mengerjakan tugas ini."
"Ya lo datang aja kerumah gue kalau emang lo gak kapok kesana."
"Ya gak lah.., tapi lo adanya kapan."
"Konfirm aja dulu." Diapun tertawa lagi. "Nof, semenjak kejadian itu, gue kalau melihat lo pengen ketawa."
"Kenapa?"
"Gak papa.." dan kali ini aku tidak bertanya banyak dan tidak ada komentar yang harus aku tambahkan. Tiba-tiba tangannya ingin meraih wajahku, refleks aku mundur kebelakang, dan dia hanya menggeleng-gelengkan kepala. "nof, kamu itu lucu."
Aku hanya tersenyum dan kemudian Dosenku keluar dan menyuruhku memberitahukan teman-teman kalau UTS akan dimulai jam 13.15 aku mengangguk dan sedetik kemudian sahabatku itu langsung bercengkrama dengan Pak Hari yang sekaligus pembimbing tesisnya. Aku bersyukur ternyata kita masih bisa seperti dulu, walau mungkin ada beberapa yang masih terlalu kaku dan canggung.
Kejadian itu membuat aku tak bisa melupakannya, kejadian dimana ada rasa yang tak bisa diduga keluar begitu saja dengan rangkaian kata yang implisit dan tak bisa diungkap dengan kata-kata penuh rasio hanya seperti yang dikatakannya saat itu.
"Rasakan saja, dan lo tau apa yang ada diperasaan gue."
Dan gue rasakan itu adalah moment terindah kami sebagai sahabat, moment kami keluar dari kotak sahabat, mencoba menterjemahkan rasa lebih jujur lagi dan kami kembali ke dalam kotak itu sesuai dengan keinginanku.... yang kuungkap dengan tangisan saat itu, dan dia mewujudkannya dengan manis. Terima kasih sahabat... jika pun ini harus berjalan sesuai takdir Tuhan, biarlah mengalir, apakah kita akan terkukung dalam kotak membahagiakan ini, atau mewujudkan kebahagian lain diluar kotak ini.... hanya Tuhan yang bisa menjawab, dan biarkan penanya menuai cerita kita sampai nanti....